Senin, 15 Juli 2013

Kerajaan Tanpa Singgasana - Studi Palamarta


Kerajaan Tanpa Singgasana
Eps: Mencari Kaca

Seorang filosof yang selalu mendeklarasikan karyanya pada anjing peliharaan. Menuliskan renungan-renyngannya pada tisu, dan membakarnya.
Setting tempat: Padang pasir pantai


Scene 1: Awal Kisah

Api unggun.

Setting: Menuju senja – di sebuah gubuk reot tanpa pintu, dengan pemandangan pantai dan anjing yang tertidur lelap di sampingnya.

Dimulai hari ini
Lebih bijak jika aku adalah suara malam
Ya, aku bersekutu dengan setan
Katamu, kuhunus kau dengan tala
Aku sebal, sebal sambal
Sebal diulek dihati
Melamunkanmu...


Ditunjukkan kalender berwana abu-abu, dengan tinta merah yang melingkari tanggal 26: Teganya

Scene 2: Bermain bola dengan anjing
Setting:  Pagi hari – tepi pantai

Adegan bebas.
Terlihat beberapa orang sedang mencari ikan.
Ada seorang nelayan yang menghampiri S, seperti sedang mengobrol dengannya.
Selang waktu nelayan pergi.

S kembali bermain bola dengan anjingnya.

Scene 3: Mengobrol dengan anjingnya
Setting:  Menjelang tengah hari – tepi pantai
Ayo fufu, bawa bolanya kesini. Pintar..... fufu pintar. ( sambil mengelus-elus anjingnya.
Hei fufu.
Dunia adalah makhluk ciptaan tuhan yang dikutuk karena keangkuhannya. Rahasianya tersemai di seluruh alam semesta. Jika kita bertemu pelangi, akan kubuktikan padamu  bahwa airlah yang membiaskan warna-warni cahaya itu.  Perhatikan bentuk bola ini. Kita harus menyusun siasat untuk menggali rahasia dibulatkannya  bentuk dunia, dari sudut pandang yang melingkar juga tentunya. Karena  itulah cara satu-satunya untuk mengetahui dimana pelangi berujung. J

Scene 4: Bersiap pulang
(bersemangat)
Fufu ayo, kita akan mencari tahu perbedaan kepala dan ekornya. ( sambil berlari) :D

Scene 5: 26
Setting: Depan gubuk (terlihat helm bertuliskan angka 22 yang di gantungkan di spion motor s)- hening

Gadis: Susah payah ku menabung hanya untuk mencarimu, kuberi makan kau waktu. Minumlah. ( menyodorkan minuman)
S mengambil minumannya, kemudian duduk di kursi teras depan rumahnya sambil meminum air pemberian gadis.
Gadis: Sisakanlah walau setetes, karena itu adalah air mataku.
S: Terdiam, memandang tajam ke arah gadi. Tetap tenang. Apa yang sebenarnya kamu mau?
(Gadis menunjukkan cermin yang terbungkus)
Gadis: Ini adalah satu-satunya benda kenangan kita, kurasa kau yang lebih berhak menyimpannya.
S: (sambil berdiri)  Pulanglah, hidup di penjara akan terasa lebih baik daripada tinggal di hatimu. Sambil mengusap kening gadis. Terima kasih, setidaknya kini aku sudah bisa melihat diriku sendiri.
Gadis: (menggelengkan kepala) Beritahu aku jika kau sudah benar-benar memahami sifat cermin itu.
S: J  Kelak jika kau mengambil jalanku, berlabuhlah sesekali  untuk mengistirahatkan perahumu.
Gadis: L Ternyata benar, lautan itu tidak benar-benar bertepi.
S: Tapi ingatlah. Tepian adalah tempat yang tak pernah lelah menunjukkan kebaikannya, pada perompak sekalipun.

Sahdu~Berpelukan......

Scene 6: Bersiap pergi ke pasar.
Setting: Pagi hari – gubuk

Fufu, tunggulah disini. Aku akan pergi ke pasar sebentar, melihat-lihat apakah ada sesuatu yang bisa kubeli untukmu.
Sabar ya. Anjing pintar.
Memasukkan cermin pada tas dan pergi.

S pergi.

Scene 7: Mata-mata lepas
Setting: Keramaian pasar hewan

Berjalan mengelilingi pasar. Banyak hewan yang mengarahkan pandangan matanya pada s, seakan sedang berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti manusia.
S sedang melihat-lihat makanan anjing. Memilih beberapa kalung anjing yang dikira cocok untuk fufu.
Melihat bandrol harga dan pergi.

Scene 8: Perjalanan menuju pasar tradisional
Setting: Natural


Terlihat angka 26 pada lampu lalu lintas, menghitung mundur sampai angka 22. S mengarahkan pandangannya pada beberapa waria yang sedang mangkal. Kemudian kembali melihat angka lampu lalu lintas. ( 11-10) Menyalakan motor dan kembali melihat angkanya (6-bersiap). Meneruskan perjalanan.

Scene 9: Merenung
Setting: Seberang jalan - Depan pasar

Memarkir motor sambil melamun.

Tukang parkir: Mas. MAS!! Maaf, ini karcisnya.
S: Oh iya. Membayar karcis dan meletakkan helmya pada spion. S bercermin menata rambutnya. Terlihat seorang gadis sedang berjalan keluar pasar  bersama seorang waria dari sisi lain spion motor. S membalikkan badan untuk lebih jelas mengawasinya. S tersenyum.

Scene 10: Tabiat manusia
Setting: Depan pintu masuk pasar

Terlihat ribuan mata mengawasi s yang sedang berjalan.
S berhenti di sebuah lapak untuk membeli jeroan ayam.
Dialog:
Pedagang: Mongo mas, yang itu 2000 rupiah.
Terdengar samar suara yang sedang menggunjing, tepat di belakang s.
S mengambil sesuatu di dalam tasnya.

Scene 11: Dialog makhluk pasar.
Setting: Lapak ikan

Ratmi: Hei bu, lihat. Apa dia anak laki-laki yang banyak dibicarakan  warga desa kita.
B. eko: Hus, jangan asal tuduh kamu. Gak baik membicarakan orang, bisa runyam urusannya kalau sampai dia dengar.
(Terlihat dari cermin s yang sedikit keluar dari tasnya)
Ratmi: Tapi kok mirip ya bu. Dia itu kan yang tinggal di gubuk reot tepi pantai bersama anjingnya.
P. Basir (Nelayan pantai yang membawa ember berisi dagangan ikan untuk di jual pada pedagang pasar):  ratmi, bu eko. Sedang membeli apa.
B. eko: oh pak basir. Ini pak, kami sedang mencari beberapa ikan segar untuk acara hajatan minggu depan.
Ratmi: Iya pakde, saya lulus ujian masuk ptn negeri di kota. Nanti pakde sekeluarga kami undang, datang ya.
Terlihat s pergi meninggalkan pasar, menyapa p. Basir dengan anggukan kepala.
ratmi melihat ke arah s.

Scene 12: Terus berlanjut
Setting: Idem

P.basir: Kenapa rat J Iya, memang dia orangnya. Tapi sudahlah, dia tidak seburuk berita yang kalian dengar.
B.eko: (Dengan penuh penasaran) Pak basir kenal sama dia.
P.basir: Haha. Saya Cuma pernah sekilas mengobrol dengannya di tepi pantai, dia hanya mahasiswa perantauan yang sedang menikmati liburannya di tempat yang menurutnya penuh rahasia.
Entah apa yang dia cari. Yang jelas kalian tidak perlu khawatir, dia hanya akan singgah dalam beberapa hari sebelum habis masa libur kuliahnya.
(B.ratmi menganggukkan kepala dan mengalihkan pandangannya pada ikan segar.)
Ratmi: Ow, begitu ya pakde. Apa saja yang dia ceritakan?
P.basir: Entahlah, bahasanya terlalu santun untuk dipahami orang yang kurang berpengalaman seperti pakde ini. Sesekali cobalah menegurnya, cobalah berkenalan.Menurut pakde,  dia adalah teman yang cukup asik untuk bertukar pengalaman.  Memang dia masih muda, tapi...

(Suara B.eko sedang menawar ikan) Berapa pak?

Ratmi: Tapi kenapa pakde?
P.basir: hahaha.. lupakan, mungkin dia hanya kebingungan mencari jawaban untuk pertanyaannya sendiri. Dia terlalu muda untuk mempelajari arti hidup yang sesungguhnya. ( Menoleh ke arah bu eko)
B.eko. Saya pamit dulu ya, takut kesiangan nyetor ikannya.

B.eko: (Sedikit terkejut) Oh iya pak basir, maaf ini ngobrolnya jadi kurang sopan karena sambil menawar ikan.

P.basir:  J Tidak apa bu, lanjutkan saja. Saya pamit dulu, ratmi. (Menepuk pundak ratmi yang terus melamunkan tutur pak basir) Menganggukkan kepala dan berlalu.

Scene 13: Seperti cahaya menembus kaca
Setting: Gubuk – anjing sedang makan
Sambil berkaca

Tuhan, ada yang sedang tergesa-gesa menemuimu
Mencari tahu nama siapa yang terukir di udara
Menjelma kehidupan di balik kaca

Dialah cahaya yang sudah bosan menjadi mata-matamu
Kelebatnya hanya berlari menerobos cermin ini
Tanpa mendengar dan mencium bau khas aroma surgawi

Tuhan, biarkan cahaya menembus air mataku
Menjadikannya indah dan berlinang
Merindukan kembali jiwaku saat kau timang

Demi waktu yang tertiup angin
Kalbunya telah meruang hampa
Terlelap dipangkuan udara

Scene 13: Bertemu ratmi
Setting: Idom – senja

Ratmi:
Sampaikanlah salamku pada cahaya
Pada cermin yang mengantarkannya
Pada setiap mereka yang hendak menembus kaca
Doaku untuknya

S:
Terima kasih, kau telah sudi singgah di kelopak mataku
Berbelas kasih padaku yang tidak tahu
Mendoakan keselamatanku

Ratmi:
Apa yang sebenarnya kau cari

S:
Aku sedang mencari kaca

Ratmi:
Jadi kaukah cahaya itu?

S:
Namaku s, aku hanya petualang jalang yang sedang mencari kaca. Belajar membaca tulisan yang terukir di udara, di balik kaca pembatas ruang hampa.

Ratmi:
Ha?

S:T J:P

Belum selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar